Ipein's Phalaenopsis
Blog ini lebih saya gunakan sebagai perpustakaan saya, terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan yang sudah mampir ke blog ini,syukur-syukur mau menambahkan komentar,saran,dan tambahan artikel.
Senin, 05 November 2012
Dalam Islam, sikap menghargai orang lain
merupakan identitas seorang Muslim sejati.
Seorang yang mengakui dirinya Muslim,
‘wajib’ mampu menghargai orang lain.
Baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam
menjelaskan, “Tidak termasuk golongan umatku orang
yang tidak menghormati mereka yang lebih
tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih
muda darinya, serta tidak mengetahui hak-
hak orang berilmu.” (HR. Ahmad). Orang yang lebih tua tidak boleh mencerca
atau menghina yang lebih muda. Begitu juga
sebaliknya. Orang yang suka mencerca dan
mencela serta menghina saudaranya
menunjukkan bahwa dia juga sebenarnya
“orang hina”, tidak terhormat. Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Nabi
Sallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Hanya orang buruk, yang menghinakan
saudaranya sesama Muslim.” (HR. Muslim). Semoga kita bisa menghormati dan
menghargai sesama kita...
@adab sunnah Rosulullah_FB
Sabtu, 03 November 2012
Dzikir ismu Allah
Dari segi materi lafalnya, dzikir ada 3 macam
1) Seseorang melafalkan ismu dzat Allah
Allah sebanyak-banyaknya
sebagaimana firman Allah dalam surat Hamim
Sajadah ayat 30, “Sesungguhnya orang-
orang yang berkata : Tuhan kita adalah Allah, kemudian mereka tekun maka turunlah
malaikat pada mereka, dan malaikat itu
memberi kabar : gembiralah kalian dengan
apa yang telah dijanjikan pada kalian.” Dan
hadits Nabi diriwayatkan Thabrani dan
Baihaqi. Rasulullah bersabda kepada sayyidina Ali : “Ya Ali, pejamkan kedua
matamu, lekatkan (rapatkan) kedua bibirmu,
naikkan lidahmu dan berkatalah (berzikirlah)
Allah Allah.”
Allah berfirman : Katakanlah, Allah-lah (yang menurunkannya)
, kemudian (sesudah kamu menyampaikan al
Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya. (QS. al
An’am : 91) Rasulullah bersabda :
َﻻ َّﻰﺘَﺣ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ُﻡْﻮُﻘَﺗ َﻻ
ﻪﻠﻟَﺍ : ِﺽْﺭَﻻْﺍ ﻰِﻓ َﻝﺎَﻘُﻳ
ﻪﻠﻟَﺍ.… Hari kiamat tidak akan terjadi sampai di atas
bumi ini tidak ada lagi orang yang menyebut
Allah,… Allah. (HR. Muslim, Tirmidzi dan
Ahmad) Seorang yang berzikir lafal Allah Allah mesti
disertai dengan ‘wukuf qalbi’ yakni
waktu mengucapkan ismu dzat tersebut di
hatinya, seseorang memperhatikan
mengalirnya lafal itu dari hati. Wukuf qalbi
adalah hadirnya Mursyid pada hati seseorang, sehingga tidak ada yang diingat
kecuali lafal Allah Allah itu pada wajah sang
Mursyid. Hal ini andaikata bisa diumpamakan
maka keadaannya Mursyid dan Allah itu
seperti air dan teh yang menyatu dan
bercampur. Mana airnya mana tehnya susah dibedakan, keduanya serupa. Tetapi air tidak
akan menjadi teh dan teh pun tidak akan
menjadi air. Itulah perbedaan Tuhan dan
hamba. Hamba dan Tuhan diumpamakan pula
sebagai kawat dan listrik. Keduanya tidak
bisa dibedakan. Kawat itu menyerupai listrik
dan listrik pun menyerupai kawat. Akan
tetapi kawat tidak akan menjadi listrik dan
listrik pun tidak akan menjadi kawat. Dzikir yang disertai wukuf qalbi atau hadir
mursyid adalah dzikir yang berada di maqam
fana, yang disebut dengan fana pada
mursyid yakni murid meleburkan diri pada
ruhani mursyid. Dzikir fana pada mursyid
merupakan pendahuluan fana kepada Allah. Dzikir yang tidak disertai wukuf qalbi atau
dzikir yang tidak disertai mengingat
maknanya adalah dzikir yang lupa. Hal ini
serupa dengan jasad tanpa ruh. Dzikir yang
demikian itu tidak mengandung pahala dan
khasiat apapun. Adapun makna lafal Allah Allah ialah antara
lain : Allah adalah maksud tujuanku, Allah
adalah yang aku cari, Allah adalah yang aku
cintai, wahai Allah engkaulah yang aku
maksud, Allah tidak ada sekutu bagi-Nya,
Allah adalah zat yang ada, Allah adalah zat yang disembah dan engkau adalah Allah
tidak yang lain. Akan tetapi pendapat yang
paling benar menurut guru-guru thareqat
Naqsyabandi, penyebutan Allah tidak
disertai dengan rangkaian kata seperti
tersebut di atas. Menyebut Allah cukup melirik nama zat Tuhan tanpa diembel-embeli
atau dirangkai, karena tidak ada sesuatu
apapun yang serupa dengan Allah. Kalau
Allah diserupakan dengan makhluknya
berarti bertentangan dengan pernyataan al
Qur’an.
@Hubaibulloh on FB
Langganan:
Postingan (Atom)